Bahasa India Apa Saja
Pengaruh Dunia Luar
Globalisasi merupakan fenomena yang telah merambat ke seluruh permukaan bumi tidak terkecuali India. Globalisasi ini memudahkan mereka untuk terhubung dengan negara-negara lain.
Namun, banyak dari mereka yang kerap menerima komentar rasis dari orang di luar negara mereka. Komentar rasis yang paling banyak mereka terima adalah mengenai warna kulit mereka di mana orang berkulit gelap dipandang lebih rendah dari orang yang memiliki kulit putih.
Hal ini kemudian mendorong orang-orang India untuk memiliki kulit putih agar mereka tidak merasa direndahkan lagi.
Mayoritas orang di India adalah orang berkulit gelap dan hal tersebut telah menjadi ciri khas mereka. Namun, orang berkulit gelap terkadang mendapatkan perlakuan berbeda di lingkungan sosial, tak jarang mereka akan diabaikan dan direndahkan bahkan diolok-olok di tempat umum. Fenomena ini tentu menjadi masalah yang harus diselesaikan bersama-sama, sehingga mereka yang berkulit gelap akan hidup dengan rasa percaya diri.
Terdapat beberapa bahasa di India masuk dalam keluarga bahasa yang berbeda, utamanya adalah rumpun bahasa Indo-Arya yang dipakai oleh 75% orang India dan rumpun bahasa Dravida yang dipakai oleh orang India selatan.[1][2] Bahasa lainnya yang digunakan di India masuk dalam keluarga bahasa Austroasiatik, Tibet-Burma, beberapa keluarga bahasa minor dan isolat.[3]:283 Selama lebih dari tiga milenium, kontak bahasa membuat pengaruh penting terhadap empat keluarga bahasa umum di daratan utama India dan Asia Selatan.
Konstitusi India tidak memberikan status bahasa nasional terhadap bahasa apapun.[4][5] Bahasa resmi dari Pemerintah Serikat Republik India adalah Hindi dalam aksara Dewanagari dan Inggris.[6] Delapan Usulan Konstitusi India memasukkan 22 bahasa, yang disebut sebagai bahasa yang diusulkan dan diberi pengakuan, status dan kedudukan resmi. Selain itu, Pemerintah India memberikan sebutan bahasa klasik kepada bahasa Tamil, Sanskerta, Kannada, Telugu, Malayalam dan Odia.
Menurut Sensus India 2001, India memiliki 122 bahasa utama dan 1599 bahasa lainnya. Namun, terdapat jumlah yang berbeda dari berbagai sumber lainnya, utamanya karena perbedaan definisi dalam istilah "bahasa" dan "dialek". Sensus 2001 menyatakan bahwa 30 bahasa digunakan oleh lebih dari sejuta penduduk asli dan 122 bahasa dipakai oleh lebih dari 10,000 orang.[7] Dua bahasa perdagangan memainkan peran penting dalam sejarah India: Persia[8] dan Inggris.[9] Hindi, yang menjadi bahasa yang paling banyak dipakai di India Utara pada saat ini, dijadikan sebagai lingua franca di sepanjang India Utara. Namun, terdapat agitasi anti-Hindi di India Selatan dan terdapat pertentangan di negara-negara sabuk non-Hindi terhadap penggunaan bahasa Hindi di wilayah tersebut.[10][11]
Templat:Bahasa di Asia Selatan
Tema: Random Wikipedia Article
Artikel yang kupilih untuk tema hari ini berjudul Languages of India di Wikipedia Bahasa Inggris. Aku pribadi lebih suka menggunakan Wikipedia berbahasa asing tersebut karena informasi yang disampaikan biasanya lebih banyak.
Sementara saat membaca Wikipedia Bahasa Indonesia, aku kerap kali menemukan sejumlah artikel yang diterjemahkan seadanya dengan bantuan Google Translate tanpa ada penyuntingan lebih lanjut sehingga hasilnya pun yaaa, mohon maaf, jelek.
Sebelum mulai menulis, jujur aku agak bingung dengan tema ini. Saat mengobrol dengan salah seorang teman dari kegiatan ini, ternyata beliau juga mengalami hal yang serupa. Kami bingung harus membuat tulisan ini menjadi seperti apa.
Ingin menjadi apaaa, setelah dewasa… #nyanyi
Namun, setelah beberapa kali membaca keterangan dari tema ini, yakni:
“Masuklah ke situs Wikipedia, pilih satu artikel, mengenai apa saja. Buatlah tulisan mengenainya. Ingat, bukan copy-paste, namun lebih ke bagaimana kamu bisa menguraikan tanggapanmu terhadap artikel tersebut.”
Kami pun akhirnya sepakat bahwa kami tidak boleh hanya asal comot—meng-copy–paste, mengalihbahasakan, dan kemudian mem-post publish—tetapi kami harus membuat sebuah tulisan uraian mengenai artikel tersebut.
Semoga spekulasi ini tidak salah. Kalau salah, ya sudah. Setidaknya sudah setor. #sikap #mohonjanganditiru
Oke, mari kita kembali ke artikel yang hendak kubahas. Aku memilih artikel ini karena ketertarikanku pada bahasa dan kebetulan saat ini aku masih berada di India.
Artikel yang berisi 6494 kata ini sangat menarik, komprehensif, serta panjang. Sampai dengan kalimat ini diketik (23.25 GMT +5.30), aku baru membaca sekitar setengah bagian dan belum bisa menyerap semua informasi yang disajikan di situ sepenuhnya. Namun, aku akan tetap berusaha memberikan ulasan mengenai artikel ini dengan sebaik mungkin.
*Penulis berusaha menyelesaikan bacaannya dan akan kembali dalam beberapa menit.*
Kalimat tersebut ditulis oleh Admin yang adalah penulis sendiri. #baik
Sebelum berkunjung ke India, ada tiga bahasa di India yang memang sudah kuketahui, hanya dari namanya saja, yakni Hindi, Tamil, dan Bengali. Namun, setelah sampai di sini dan tinggal selama sembilan bulan, aku jadi tahu kalau India punya banyaaaak sekali bahasa.
Aku menemukan gambar di atas dari salah satu artikel rujukan yang dicantumkan di bagian referensi.
Secara garis besar, terdapat dua kelompok bahasa yang terdapat di India, yakni kelompok Bahasa Indo-Arya di India Utara serta kelompok Bahasa Dravidia di India Selatan.
Bahasa Hindi menjadi bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk India, yakni sebanyak lebih dari 400 juta jiwa (sensus India di tahun 2001).
Banyaknya bahasa yang terdapat di India ini, menurutku, merupakan pengaruh dari adanya kerajaan-kerajaan yang dulu berkuasa di wilayah India.
Di satu sisi, banyaknya bahasa yang dimiliki oleh suatu negara membuat negara tersebut menjadi kaya dengan nilai budaya dan sejarah. Namun, di sisi lain, hal tersebut juga dapat menyebabkan munculnya konflik karena perbedaan bahasa yang dituturkan oleh tiap-tiap penduduk.
Hal ini pun secara tidak langsung diperparah oleh sistem kasta yang masih dianut oleh sebagian besar penduduk India, bahkan hingga saat ini. Jadi, seolah akan terkesan wajar saat ada gesekan karena perbedaan bahasa tersebut. Lah wong yang ngomongnya pake bahasa yang sama aja, tetapi berbeda kasta, bisa muncul konflik. Apalagi ini, yang cas-cis-cus-nya pake bahasa yang gak sama.
Seperti yang terjadi sebelum masa kemerdekaan India di tahun 1947.
Pada tahun 1946, terjadi konflik antara sejumlah-orang-yang-setuju-dan-menginginkan-Bahasa-Hindi-menjadi-bahasa-resmi dengan mereka-yang-tidak-setuju. Penutur Bahasa Hindi, yang merupakan mayoritas, tentu ingin bahasa mereka digunakan sebagai bahasa resmi. Namun, penduduk India lain yang bukan merupakan penutur Bahasa Hindi, menentang dengan alasan bahwa bahasa nasional harus bisa menjadi lingua franca bagi semua warga negara.
Karena alasan tersebut, di dalam Konstitusi India, Bahasa Inggris pun ditambahkan sebagai bahasa resmi kedua setelah Bahasa Hindi—yang ditulis dengan aksara Devanagari. Namun, jika tidak ada amendemen, maka dalam waktu 15 tahun sejak dicanangkannya konstitusi tersebut (26 Januari 1950), penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi harus dihentikan.
Menjelang tahun 1965, terjadi kekacauan besar-besaran di sejumlah negara bagian.
Perdana Menteri India saat itu, Jawaharlal Nehru, berusaha mengantisipasi hal tersebut dengan tetap memperbolehkan penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi India.
Akhirnya di tahun 1967, Pemerintah India melakukan amendemen terhadap Konstitusi India. Hasil amendemen tersebut memperbolehkan penggunaan Bahasa Inggris, bersama dengan Bahasa Hindi yang ditulis dalam aksara Devanagari, sebagai bahasa resmi di tingkat nasional.
Karena banyaknya bahasa di India, berdasarkan Konstitusi India, tidak ada satu bahasa pun yang memperoleh status sebagai bahasa nasional.
Mungkin biar gak sisirikan.
Aku juga baru tahu hari ini kalau bahasa resmi dengan bahasa nasional itu berbeda.
Hal menarik lain yang kutemukan dari artikel ini adalah dipilihnya 22 bahasa di India sebagai bahasa resmi. Jika Bahasa Hindi dan Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa resmi pada tingkat nasional, maka penggunaan ke-22 bahasa ini (termasuk Hindi, tidak termasuk Inggris) sebagai bahasa resmi hanya berlaku di tingkat negara bagian.
Dua puluh dua bahasa resmi tersebut adalah Assamese, Bengali, Bodo, Dogri, Gujarati, Hindi, Kannada, Kashmiri, Konkani, Maithili, Malayalam, Meitei, Marathi, Nepali, Odia, Punjabi, Sanskrit, Santali, Sindhi, Tamil, Telugu, serta Urdu.
Jika melihat dari jumlahnya, maka keragaman bahasa di India dan Indonesia bisa dibilang hampir sama. Namun, aku harus mengakui bahwa India lebih unggul dalam satu poin penting, yakni setiap bahasa di India masih menjaga sistem penulisan tradisional bahasa mereka secara utuh.
Sementara di Indonesia, meskipun sama-sama beragam, tetapi sebagian besar penutur bahasa daerah di Indonesia pasti sangat jarang yang bisa menuliskan bahasa daerah mereka dengan sistem penulisannya.
Selain itu, Pemerintah India juga memberikan perhatian khusus kepada beberapa bahasa yang mempunyai nilai-nilai historis berharga, yang kemudian dikategorikan sebagai bahasa klasik.
Sampai saat ini, ada enam bahasa klasik yang telah diakui oleh pemerintah India, yakni sebagai berikut (diurutkan berdasarkan tahun diperolehnya penghargaan tersebut):
Untuk menutup tulisan ini, aku kembali ingin mengutip sebuah informasi dari artikel tersebut. Di salah satu tabel, tersaji data yang menunjukkan bahwa banyak penduduk India yang menguasai lebih dari satu bahasa, yakni Bahasa Hindi, Bahasa Inggris, serta bahasa daerah mereka.
Mungkin sama seperti sebagian besar orang Indonesia yang bisa Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, serta bahasa daerah. Namun, di sini aku harus mengakui bahwa orang India agak lebih baik. Sebab selain bisa menuturkan bahasa daerah mereka, mereka pun masih mempraktekkan sistem penulisan bahasa tersebut.
Meskipun setelah kupikir-pikir lagi, mungkin perbandingan tersebut tidaklah kesemek to kesemek. Sebab jika berbicara mengenai bahasa dan kompleksitasnya, aku menganggap semua bahasa itu sama dan setara, tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk.
Di era yang sudah sangat modern ini, berkembang suatu standar kecantikan yang telah menjadi patokan bagi seluruh manusia di permukaan bumi ini untuk menilai apakah mereka termasuk golongan orang yang cantik atau tidak.
Standar kecantikan yang telah berkembang itu tidak jauh dari kata langsing, berkulit putih, dan tinggi. Selain itu, hal yang sangat didambakan oleh banyak orang adalah kulit putih.
Di India, baik laki-laki maupun perempuan sangat amat mendambakan kulit putih. Sudah menjadi suatu tren di negara Bollywood ini bahwa seseorang yang berkulit putih akan jauh lebih menarik dibandingkan yang berkulit gelap.
BACA JUGA: 5 Rekomendasi Channel Mukbang India, Bikin Laper!
Menurut survei yang dilakukan oleh salah satu channel YouTube Asian Boss, orang India akan memilih orang yang memiliki kulit putih ketika membicarakan tentang pernikahan.
Adanya obsesi orang-orang di India terhadap kulit putih ini disebabkan oleh beberapa faktor. Yuk, simak satu per satu di bawah ini.
Penggambaran yang beredar di berbagai macam media di India seperti televisi yang menayangkan tayangan superhero yang selalu diperankan oleh orang-orang berkulit putih.
Selain itu, yang selalu muncul di permukaan media adalah iklan mengenai produk yang bisa memutihkan badan mereka, sehingga, pikiran mereka telah di-brainwash untuk membeli produk tersebut agar bisa mendapatkan kulit putih.
Banyak orang di India yang kemudian berpikir memiliki kulit putih akan dianggap menjadi orang yang lebih keren dan menarik. Oleh sebab itu, mereka akan melakukan segala cara untuk mendapatkan kulit putih tersebut.
BACA JUGA: 4 Festival di India yang Sering Muncul dalam Film Bollywood
Masifnya Fenomena Body Bleaching
Body bleaching merupakan cara yang dilakukan oleh banyak orang yang ingin mendapatkan kulit putih dengan cara yang instan. Body bleaching ini banyak dikemas ke dalam bentuk krim ataupun sabun.
Di India sendiri, industri body bleaching berkembang dengan sangat masif. Sekitar 60-70% remaja di India pernah melakukan yang namanya body bleaching.
Bahkan, terdapat salah satu brand paling terkenal di India yang bisa memberikan mereka kulit putih secara instan. Hal ini tentu menarik banyak minat orang-orang di negara tersebut untuk membeli agar bisa mendapatkan kulit putih.
Tingginya angka penduduk yang melakukan body bleaching ini menandakan kurangnya kesadaran mereka akan bahayanya produk-produk pemutih secara instan yang telah beredar di pasar.
Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka yang mendorong mereka untuk berkulit putih dan mengatakan bahwa jika tidak memiliki kulit putih, mereka tidak akan bisa menikah.
BACA JUGA: Taj Mahal, Inilah 7 Fakta Menarik tentang India